Pukul lima pagi―halaman langit masih kosong
seperti kepala orang-orang kota, kamu limpahkan
aku satu senyuman sambil bergegas kerja.
Di perjalanan angin mungkin akan mengeringkan
rambutmu, basah pakaian, serta harapan
tentang tumpahnya kita dalam pelukan.
Pukul enam petang―jalanan menelan senja
sedang bulan belum bicara, senyummu
masih berdenyut deras di kepala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar