Sambil
merencanakan satu perpisahan,
sekali
lagi kautamparkan kabar kelulusan
guna
mengundang ucapan dan kecupan
yang
tidak sanggup kuselamatkan padamu.
kesedihan,
atau kemarahan, atau entahlah
segalanya
menjadi pengecut yang enyah
dari
lidahku.
Jika
setelah kelulusan kamu berpindah
dari
kota ―atau kita, mungkin karna
kedamaian
sudah dihapus pemerintah
pula
tidak ada kendaraan lain menuju mimpi
akan
kau temukan seorang kumuh suatu pagi
duduk
dengan kepala memusing tanpa kopi
sambil
mengata ngatai kesepian, dia bukan aku.
Karna
seperti setiap perasaanku padamu
cinta
terlahir sebagai satu bocah
tanpa
lidah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar